Tuesday, June 12, 2012

Bernafas Tanpamu


Di bawah rindangnya pohon di siang hari, Vian gadis tomboy yang melawan rasa penasaranya terhadap Adi yang menjadi rivalnya sekarang. Vian ingin sekali memberitahu Adi kalau tanpa hadir dirinya dihidup Vian, ia bisa bernafas, berjalan, berdiri, dan tegar tanpa ada di sisinya. Dengan segenap hati yang terdalam Vian mengatakan kepada Dhanti, “ Sorry iya Dhan, tanpa adanya dia di hidup gue, gue bisa ngerasain bahagianya dunia ini”. Dhanti, “ tapi elo jangan bohong Vi, kalau elo sebenarnya masih sayang dan suka kan sama Adi kan?”. “Please ya. Jangan sebut-sebut nama dia lagi didepan gue. Gue sudah illfell sama dia, dengan sikapnya yang sok kegantengan. Lah iya kalau dia memang cakep beneran, why not gue jujur. Toh nyatanya tidak lebih dari seorang lelaki bajingan yang bisanya ngerayu, gombal, dan bikin sakit hati para gadis”, ujar Vian. “Astaga Vian,, segitu bencinya kah elo sama dia?? Ingat Vi, dulu elo pernah jadian sama dia dan pernah nangis buat dia pas elo putus, nggak inget??, ujar Dhanti. Dan Vian pun langsung termenung mendengar ucapan tersebut. Kemudian Vian pun beranjak pergi dari bawah pohon.

Semenjak kejadian dibawah pohon Vian pun teringat terus dengan kalimat yang di ucapkan Dhanti. Dering bel pulang sekolah pun berbunyi, saat itu juga Vian langsung pulang sekolah sendirian tanpa teman-temannya. Teman-teman Vian heran tak seperti biasanya seorang Vian gundah.

Sesampainya di rumah, Vian langsung ganti baju dan kekamarnya. Saat dikamar Vian merenungkan semua ucapan, kata demi kata, kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir Dhati. Dalam hati ia berkata,” ya ampun, kenapa sih gue dulu mesti ketemu dan kenal sama Adi?? Jijik gue sama dia, males banget kalau gue harus inget-inget itu semua???”. Ketika Vian sedang merenung ternyata ia ketiduran.


*****

Di lain tempat, ternyata Adi masih juga belum bisa melupakan Vian. Yang mendengar kabar kalau Vian kesehatannya menurun, sebenarnya Adi masih peduli tapi dia gengsi mengakuinya. VIan mengetahui hal tersebut dan mulai dia sadar bahwa memang Adi bukan yang terbaik buat vian.

*****
Tiga tahun berlalu begitu saja, tetapi bayang Adi masih sangat melekat di otak Vian. bayangan masa lalu yang memberi luka dalam yang kini berangsur pulih selalu saja tergores lagi dengan pisau yang berbeda.
mungkin Vian galau tapi galau yang di alami vian hanya sementara karna hal-hal biasa bukan karena asmara. rasa trauma yang dibuat Adi kepada Vian cukup menjadi pribadi Vian menjadi seorang pemilih yang super ekstraaaaaaa memilih. tak ada sembarang orang yang dekat dan bisa kenal dengan Vian.

sekarang Vian menjadi pribadi yg cukup bijak yang selektif dalam bersosialisasi, meski kini belum bisa ada yg membuat hati Vian luluh dan nyaman dengan sesosok pendamping. tapi biarlah Vian tak mau ambil pusing karena "life must go on" :)

No comments: